Makalah Bahasa Indonesia
PARAGRAF INDUKTIF
Disusun oleh :
Teguh Sasmito (17211065)
BAB I
Latar Belakang
Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional bangsa Indonesia, yang berfungsi sebagai lambang kebanggaan nasional, identitas kebangsaan, alat pemersatu berbagai suku bangsa, dan sebagai bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan. Namun pada kenyataannya, warga bangsa Indonesia kurang memperdulikan bahasa Indonesia, terutama dalam ragam tulisan. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan (ejaan) di samping aspek bahasa dan kosa kata. Dengan kata lain, dalam ragam tulisan kita dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa, struktur bentuk kata, struktur kalimat, serta kelengkapan bahasa di dalam struktur bahasa. Ragam tulisan berkaitan erat dengan karangan, baik berupa karangan pendek maupun karangan panjang. Untuk membuat sebuah karangan, kita harus mempelajari paragraf dan segala aspeknya. Paragraf adalah seperangkat kalimat yang tersusun logis-sistematis yang merupakan satu kesatuan ekspresi pikiran yang relevan dan mendukung pikiran pokok yang tersirat dalam keseluruhan karangan.
BAB II
PEMBAHASAN
3.1 Genaralisasi
Paragraf generalisasi adalah
sebuah paragraf yang memiliki disusun berdasarkan kumpulan fakta atau data yang
saling berkaitan untuk menemukan sebuah kesimpulan pokok. Pada dasarnya ketika
kita ingin membahas jenis paragraf ini, maka akan sangat sulit untuk membedakan
dengan beberapa jenis paragraf lain seperti paragraf induktif atau analogi.
Namun dengan lebih mengerti hal hal pokok dari paragraf generalisasi, kita akan
semakin mudah memahaminya sebagai bagian yang berbeda satu sama lain.
Pada dasarnya pendekatan
penulisan yang dianut dalam pembuatan paragraf generalisasi merupakan
pendekatan riil yang sering kita alami sehari hari. Ada kalanya kita akan
menggunakan fakta fakta yang telah diketahui sebelumnya sebagai kesimpulan
dalam melangkah melakukan sesuatu. Nah sama hal nya dengan jenis paragraf ini,
penulis juga dituntut agar bisa memberikan beberapa informasi, fakta atau data
yang benar benar mampu mendukung apa yang akan menjadi kesimpulannya nanti.
Menilik kembali mengenai
perbandingan dengan jenis paragraf lain. Paragraf generalisasi sebenarnya
merupakan salah satu penurunan dari jenis paragraf induktif. Pola pengembangan
dar khusus ke umum akan menampilkan gambaran pokok yang diekstraksi dari fakta
dan data yang diberikan sebelumnya. Namun yang menjadikan jenis ini berbeda
adalah diperlukannya data data penunjang yang benar benar valid dan meyakinkan.
Jenis
Jenis Generalisasi Berdasarkan Bentuknya
1. Loncatan Induktif
Paragraf
Generalisasi yang bentuknya loncatan induktif tetap bertolak dari beberapa
fakta namun fakta yang ada belum bisa mencerminkan seluruh fenomena yang
terjadi. Tapi fakta itu dianggap mewakili sebuah persoalan. Generalisasi jenis
ini sangatlah lemah karena dasar faktanya belum bisa mencerminkan seluruh
fenomena.
2. Tanpa Loncatan Induktif
Berbeda
dengan Loncatan Induktif yang langsung menarik kesimpulan walaupun fakta yang
ada belum bisa mencerminkan fenomena secara keseluruhan, Paragraf Generalisasi
yang berbentuk Tanpa Loncatan Induktif
memberikan
cukup banyak fakta dan lengkap sehingga bisa mewakili keseluruhan.
Paragraf
ini sangat baik karena kebenarannya dapat dipercaya karena menggunakan fakta
yang lengkap.
Contoh
Paragraf Generalisasi :
1. Loncatan Induktif
Budi
adalah anak yang pemalas. Ia sering sekali lupa membawa buku. Beberapa hari
tekahir ini sudah 3 kali ia tidak membawa buku dalam minggu ini.Bahkan dalam
bukan ini sudah 16 kali ia tidak membawa buku. Maka besok di saat pelajaran
pasti ia tidak akan membawa buku.
2.Tanpa
Loncatan Induktif
Data
dari dinas perhubungan menunjukan bahwa angka kecelakaan terus meningkat dari
tahun ketahun. Di tahun 2010 terjadi 2000 kecelakaan sepanjang tahun. Pada
tahun 2011 terjadi 3500 kecelakaan sepanjang tahun. Dan pada tahun 2012 terjadi
5.300 kecelakaan sepanjang tahun. Maka dengan keadaan jalan dan kondisi yang
hampir sama tahun ini angka kecelakaan akan meningkat. (rekayasa)
3.2 Hipotesis dan teori
1. Hipotesis
Hipotesis
atau hipotesa adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat
praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya.
Hipotesis
ilmiah mencoba mengutarakan jawaban sementara terhadap masalah yang kan
diteliti. Hipotesis menjadi teruji apabila semua gejala yang timbul tidak
bertentangan dengan hipotesis tersebut. Dalam upaya pembuktian hipotesis,
peneliti dapat saja dengan sengaja menimbulkan atau menciptakan suatu gejala.
Kesengajaan ini disebut percobaan atau eksperimen. Hipotesis yang telah teruji
kebenarannya disebut teori.
Contoh:
Apabila terlihat awan hitam dan langit menjadi
pekat, maka seseorang dapat saja menyimpulkan (menduga-duga) berdasarkan
pengalamannya bahwa (karena langit mendung, maka...) sebentar lagi hujan akan
turun. Apabila ternyata beberapa saat kemudia hujan benar turun, maka dugaan
terbukti benar. Secara ilmiah, dugaan ini disebut hipotesis. Namun apabila
ternyata tidak turun hujan, maka hipotesisnya dinyatakan keliru.
Hipotesis
berasal dari bahasa Yunani: hypo = di bawah;thesis = pendirian, pendapat yang ditegakkan,
kepastian.
Artinya,
hipotesa merupakan sebuah istilah ilmiah yang digunakan dalam rangka kegiatan
ilmiah yang mengikuti kaidah-kaidah berfikir biasa, secara sadar, teliti, dan
terarah. Dalam penggunaannya sehari-hari hipotesa ini sering juga disebut
dengan hipotesis, tidak ada perbedaan makna di dalamnya.
Ketika
berfikir untuk sehari-hari, orang sering menyebut hipotesis sebagai sebuah
anggapan, perkiraan, dugaan, dan sebagainya. Hipotesis juga berarti sebuah
pernyataan atau proposisi yang mengatakan bahwa di antara sejumlah fakta ada
hubungan tertentu. Proposisi inilah yang akan membentuk proses terbentuknya
sebuah hipotesis di dalam penelitian, salah satu di antaranya, yaitu penelitian
sosial.
Proses
pembentukan hipotesis merupakan sebuah proses penalaran, yang melalui
tahap-tahap tertentu. Hal demikian juga terjadi dalam pembuatan hipotesis
ilmiah, yang dilakukan dengan sadar, teliti, dan terarah. Sehingga, dapat
dikatakan bahwa sebuah Hipotesis merupakan satu tipe proposisi yang langsung
dapat diuji.
2.
teori
Teori
adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang saling
berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena
dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan menentukan hubungan antar
variabel, dengan maksud menjelaskan fenomena alamiah. Labovitz dan Hagedorn
mendefinisikan teori sebagai ide pemikiran “pemikiran teoritis” yang mereka
definisikan sebagai “menentukan” bagaimana dan mengapa variable-variabel dan
pernyataan hubungan dapat saling berhubungan.
Kata
teori memiliki arti yang berbeda-beda pada bidang-bidang pengetahuan yang
berbeda pula tergantung pada metodologi dan konteks diskusi. Secara umum, teori
merupakan analisis hubungan antara fakta yang satu dengan fakta yang lain pada
sekumpulan fakta-fakta . Selain itu, berbeda dengan teorema, pernyataan teori
umumnya hanya diterima secara "sementara" dan bukan merupakan
pernyataan akhir yang konklusif. Hal ini mengindikasikan bahwa teori berasal
dari penarikan kesimpulan yang memiliki potensi kesalahan, berbeda dengan
penarikan kesimpulan pada pembuktian matematika.
Sedangkan
secara lebih spesifik di dalam ilmu sosial, terdapat pula teori sosial. Neuman
mendefiniskan teori sosial adalah sebagai sebuah sistem dari keterkaitan
abstraksi atau ide-ide yang meringkas dan mengorganisasikan pengetahuan tentang
dunia sosial. Perlu diketahui bahwa teori berbeda dengan idiologi, seorang
peneliti kadang-kadang bias dalam membedakan teori dan ideologi. Terdapat
kesamaan di antara kedunya, tetapi jelas mereka berbeda. Teori dapat merupakan
bagian dari ideologi, tetapi ideologi bukan teori. Contohnya adalah Aleniasi
manusia adalah sebuah teori yang diungkapakan oleh Karl Marx, tetapi Marxis
atau Komunisme secara keseluruhan adalah sebuah ideologi.
Dalam
ilmu pengetahuan, teori dalam ilmu pengetahuan berarti model atau kerangka
pikiran yang menjelaskan fenomena alami atau fenomena sosial tertentu. Teori
dirumuskan, dikembangkan, dan dievaluasi menurut metode ilmiah. Teori juga
merupakan suatu hipotesis yang telah terbukti kebenarannya. Manusia membangun
teori untuk menjelaskan, meramalkan, dan menguasai fenomena tertentu (misalnya,
benda-benda mati, kejadian-kejadian di alam, atau tingkah laku hewan). Sering
kali, teori dipandang sebagai suatu model atas kenyataan (misalnya : apabila
kucing mengeong berarti minta makan). Sebuah teori membentuk generalisasi atas
banyak pengamatan dan terdiri atas kumpulan ide yang koheren dan saling
berkaitan.
Istilah
teoritis dapat digunakan untuk menjelaskan sesuatu yang diramalkan oleh suatu
teori namun belum pernah terpengamatan. Sebagai contoh, sampai dengan
akhir-akhir ini, lubang hitam dikategorikan sebagai teoritis karena diramalkan
menurut teori relativitas umum tetapi belum pernah teramati di alam. Terdapat
miskonsepsi yang menyatakan apabila sebuah teori ilmiah telah mendapatkan cukup
bukti dan telah teruji oleh para peneliti lain tingkatannya akan menjadi hukum
ilmiah. Hal ini tidaklah benar karena definisi hukum ilmiah dan teori ilmiah
itu berbeda. Teori akan tetap menjadi teori, dan hukum akan tetap menjadi
hukum.
3.3 ANALOGI
Paragraf
Analogi adalah paragraf yang penalarannya dengan cara membandingkan dua hal
yang banyak mengandung persamaan. Dalam membuat paragraf analogi ini kita
diharuskan memikirkan dua hal yang memiliki kesamaan. Proses berfikir ini ialah
yang disebut proses berfikir Induktif. Jadi proses berfikir induktif ialah
proses berfikir yang bergerak dari pandangan umum lalu menuju kepada penjelasan
yang lebih khusus lagi. Atau bisa dengan mudah kita pahami bahwa Berfikir
induktif bisa dikatakan dengan meletakkan gagasan utama di awal paragraf
seperti pada paragraf induktif.
Contoh
paragraph analogi :
Agatha
adalah anak yang penakut sikapnya ini membuatnya sering jadi bahan mainan teman-temannya.
Bagai kerbau dicocok hidung ia selalu mengikuti apa kata orang lain. Sehingga
ia tidak dapat berkembang dan selalu hanya bisa diam sama seperti kerbau yang
hanya bisa diam ketika hidungnya dicocok untuk melakukan apa yang diinginkan
tuannnya.
3.4 Hubungan kasual
Hubungan
sebab akibat / hubungan kausal ialah hubungan keterkaitan atau ketergantungan
dari dua realitas, konsep, gagaasan, ide, atau permsalahan. Suatu kegiatan
tidak dapat mengalami suatu akibat tanpa disertai sebab, atau sebaliknya suatu
kegiatan tidak dapat menunjukkan suatu sebab bila belum mengalami akibat.
Contoh
hubungan kausal :
Kuberikan
sedikit uang disakuku untuk membeli obat, ia menatap wajahku.. Menitikkan air
mata lagi.. Ia menangis karena senang mendapatkan uang untuk membeli obat dan
makanan untuk adik dan ibunya dirumah.
Beberapa
hari kemudian, aku bertemu dengan anak itu bersama ibunya di pasar. Mereka
menghampiriku,, memberiku sedikit makanan kecil sebagai ungkapan terima kasih
padaku karena telah membantu anak itu beberapa hari yang lalu.
Pengertian
lain :
Hubungan
kausal (kausalitas) merupakan perinsip sebab-akibat yang dharuri dan pasti
antara segala kejadian, serta bahwa setiap kejadian memperoleh kepastian dan
keharusan serta kekhususan-kekhususan eksistensinya dari sesuatu atau berbagai
hal lainnya yang mendahuluinya, merupakan hal-hal yang diterima tanpa ragu dan
tidak memerlukan sanggahan. Keharusan dan keaslian sistem kausal merupakan
bagian dari ilmu-ilmu manusia yang telah dikenal bersama dan tidak diliputi
keraguan apapun.
3.5 Induksi dalam metode eksposisi
Eksposisi
adalah salah satu jenis pengembangan paragraf dalam penulisan yang dimana
isinya ditulis dengan tujuan untuk menjelaskan atau memberikan pengertian
dengan gaya penulisan yang singkat, akurat, dan padat.
Karangan
ini berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi
informasi atau pengetahuan tambahan bagi pembaca. Untuk memperjelas uraian,
dapat dilengkapi dengan grafik, gambar atau statistik. Sebagai catatan, tidak
jarang eksposisi ditemukan hanya berisi uraian tentang langkah/cara/proses
kerja. Eksposisi demikian lazim disebut paparan proses.
Langkah
menyusun eksposisi:
•
Menentukan topik/tema
•
Menetapkan tujuan
•
Mengumpulkan data dari berbagai sumber
•
Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih
•
Mengembangkan kerangka menjadi karangan eksposisi.
3.6 soal
1. Jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat
praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya pertain dari ?
A. Hipotesis atau hipotesa
B. Observasi atau klarifikasi
C. Hipotesis atau obeservasi
D. Hipotesis saja Jawaban
: A. hipotesis atau hipotesa
2. paragraf yang
penalarannya dengan cara membandingkan dua hal yang banyak mengandung persamaan
adalah pengertian dari ?
A. Analogi
B. Hipotesis
C. Observasi
D. Hipotesa Jawaban
: A. Analogi
3. serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil
yang saling berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai
fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan menentukan hubungan
antar variabel, dengan maksud menjelaskan fenomena alamiah, pengertian dari ?
A. Analogi
B. Teori
C. Observasi
D. Hipotesa
Jawaban
: A. teori
4. Dibawah ini yang bukan termasuk langkah eksposisi
adalah ?
A. Topic/tema
B. Analogi
C. Menetapkan tujuan
D. Mengumpulkan data dari berbagai sumber
Jawaban : B. analogi
5. sebuah
paragraf yang memiliki disusun berdasarkan kumpulan fakta atau data yang saling
berkaitan untuk menemukan sebuah kesimpulan pokok adalah pengertian dari ?
A.
Generalisasi
B.
Analogi
C.
Teori
D.
Hipotesa
Jawaban : A generalisasi
sumber dari :
http://kumpulanmakalahtarbiyah.blogspot.com/2011/03/generalisasi-dan-analogi.html
http://andriksupriadi.wordpress.com/2010/04/03/hubungan-kausal/
http://id.wikipedia.org/wiki/Teori
http://id.wikipedia.org/wiki/Hipotesis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar