Makalah Bahasa Indonesia
PENALARAN
Disusun oleh :
Teguh Sasmito (17211065)
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis
panjatkan kehadirat Allah SWT dengan rahmat dan hidayahnya, penulis dapat
menyelesaikan makalah ini. Selawat serta salam semoga tetap tercurah kepada
Nabi Muhammad SAW.
Dalam makalah ini saya akan
membahas “PENALARAN” penulis bermaksud menjelaskan pengertian dalam makalah
tersebut. Adapun tujuan lain penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah
satu syarat bahasa indonesia.
Akhir kata tak ada gading yang tak
retak, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan
penulis dalam menyelesaikan tugas ini.
Penulis,
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pencarian pengetahuan
yang benar harus berlangsung menurut prosedur atau kaedah hukum, yaitu
berdasarkan logika. Sedangkan aplikasi dari logika dapat disebut dengan
penalaran dan pengetahuan yang benar dapat disebut dengan pengetahuan ilmiah.
Untuk memperoleh pengetahuan ilmiah dapat digunakan dua jenis penalaran, yaitu
Penalaran Deduktif dan Penalaran Induktif. Penalaran deduktif merupakan
prosedur yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah
diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan
baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari pebentukan teori,
hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata
lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori
tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian di lapangan.
Dengan demikian konteks penalaran deduktif tersebut, konsep dan teori merupakan
kata kunci untuk memahami suatu gejala. Penalaran induktif merupakan prosedur
yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai hasil pengamatan empirik dan
berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat umum. Dalam
hal ini penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran deduktif. Dengan
demikian, untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah kedua penalaran tersebut dapat
digunakan secara bersama-sama dan saling mengisi, dan dilaksanakan dalam suatu
wujud penelitian ilmiah yang menggunakan metode ilmiah dan taat pada
hukum-hukum logika
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Penalaran
Deduktif?
2. Apakah yang dimaksud dengan Penalaran
Induktif ?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi Penalaran Deduktif
dan Penalaran Induktif.
2. Memahami arti Penalaran Deduktif dan
Penalaran Induktif.
3. Mampu menjelaskan Penalaran Deduktif dan
Penalaran Induktif.
BAB 2
PEMBAHASAN
1.1
PENGERTIAN PENALARAN
Penalaran
adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan
empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan
yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis,
berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang
menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses
inilah yang disebut menalar. Ada dua jenis metode dalam menalar yaitu deduktif
dan induktif.
PENALARAN DEDUKTIF
Penalaran Deduktif adalah
proses penalaran untuk manarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang
berlaku khusus berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat umum. Proses penalaran
ini disebut Deduksi. Kesimpulan deduktif dibentuk dengan cara deduksi. Yakni
dimulai dari hal-hal umum, menuku kepada hal-hal yang khusus atau hal-hal yang
lebih rendah proses pembentukan kesimpulan deduktif tersebut dapat dimulai dari
suatu dalil atau hukum menuju kepada hal-hal yang kongkrit. Contoh : Masyarakat
Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah
kesuksesan (khusus) dan kegiatan
imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif
sebagai prestasi sosial dan penanda status social.
Penarikan simpulan
(konklusi) secara deduktif dapat dilakukan secara langsung dan dapat pula
dilakukan secara tak langsung.
1. Menarik Simpulan secara Langsung
Simpulan (konklusi) secara
langsung ditarik dari satu premis. Sebaliknya, konklusi yang ditarik dari dua
premis disebut simpulan taklangsung.
Misalnya:
1) Semua S adalah P.
(premis)
Sebagian
P adalah S. (simpulan)
Contoh:
·
Semua ikan
berdarah dingin. (premis)
·
Sebagian yang
berdarah dingin adalah ikan. (simpulan)
2) Tidak satu pun S adalah
P. (premis)
Tidak satu pun P adalah S.
(simpulan)
Contoh:
·
Tidak seekor
nyamuk pun adalah lalat. (premis)
·
Tidak seekor
lalat pun adalah nyamuk. (simpulan)
2. Menarik
Simpulan secara Tidak Langsung
Penalaran deduksi yang
berupa penarikan simpulan secara tidak langsung memerlukan dua premis sebagai
data. Dari dua premis ini akan dihasilkan sebuah simpulan. Premis yang pertama
adalah premis yang bersifat umum dan premis yang kedua adalah premis yang
bersifat khusus.
Untuk menarik simpulan
secara tidak langsung ini, kita memerlukan suatu premis (pernyataan dasar) yang
bersifat pengetahuanyang semua orang sudah tahu, umpamanya setiap manusia akan
mati, semua ikan berdarah dingin, semua sarjana adalah lulusan perguruan
tinggi, atau semua pohon kelapa berakar serabut.
Beberapa jenis penalaran
deduksi dengan penarikan secara tidak langsung sebagai berikut.
a. Silogisme Kategorial
Yang dimaksud dengan
kategorial adalah silogisme yang terjadi dari tiga proposisi. Dua proposisi
merupakan premis dan satu proposisi merupakan simpulan. Premis yang bersifat
umum disebut premis mayor dan premis yang bersifat khusus disebut premis minor.
Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term minor
dan predikat simpulan disebut term mayor.
Contoh:
Semua manusia bijaksana.
Semua
polisi adalah bijaksana.
Jadi,
semua polisi bijaksana.
Untuk
menghasilkan simpulan harus ada term penengah sebagai penghubung antara premis
mayor dan premis minor. Term penengah adalah silogisme diatas ialah manusia.
Term penengah hanya terdapat pada premis, tidak terdapat pada simpulan. Kalau
term penengah tidak ada, simpulan tidak dapat diambil.
Contoh:
Semua
manusia tidak bijaksana.
Semua
kera bukan manusia.
Jadi,
(tidak ada kesimpulan).
1.2
PROPORSISI
Proposisi adalah pernyataan tentang hubungan yang
terdapat di antara subjek dan predikat. Dengan kata lain, proposisi adalah
pernyataan yang lengkap dalam bentuk subjek-predikat atau term-term yang
membentuk kalimat. Kaliimat Tanya,kalimat perintah, kalimat harapan , dan
kalimat inversi tidak dapa disebut proposisi . Hanya kalimat berita yang netral
yang dapat disebut proposisi. Tetapi kalimat-kalimat itu dapat dijadikan
proposisi apabila diubah bentuknya menjadi kalimat berita yang netral.
Jenis-Jenis
Proposisi
Proposisi
dapat dipandang dari 4 kriteria, yaitu berdasarkan :
1.
Berdasarkan bentuk
2.
Berdasarkan sifat
3.
Berdasarkan kualitas
4.
Berdasarkan kuantitas
Berdasarkan
bentuk, proposisi dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
a)
Tunggal adalah proposisi yang terdiri dari satu subjek dan satu predikat atau
hanya mengandung satu pernyataan.
Contoh
:
• Semua petani harus bekerja keras.
• Setiap pemuda adalah calon pemimpin.
b)
Majemuk atau jamak adalah proposisi yang terdiri dari satu subjek dan lebih
dari satu predikat.
Contoh
:
• Semua petani harus bekerja keras dan hemat.
• Paman bernyanyi dan menari.
Berdasarkan
sifat, proporsisi dapat dibagi ke dalam 2 jenis, yaitu:
a)
Kategorial adalah proposisi yang hubungan antara subjek dan predikatnya tidak
membutuhkan / memerlukan syarat apapun.
Contoh:
• Semua kursi di ruangan ini pasti berwarna coklat.
• Semua daun pasti berwarna hijau.
b)
Kondisional adalah proposisi yang membutuhkan syarat tertentu di dalam hubungan
subjek dan predikatnya. Proposisi dapat dibedakan ke dalam 2 jenis, yaitu:
proposisi kondisional hipotesis dan disjungtif.
Contoh
proposisi kondisional:
• jika hari mendung maka akan turun hujan
Contoh
proposisi kondisional hipotesis:
• Jika harga BBM turun maka rakyat akan bergembira.
Contoh
proposisi kondisional disjungtif:
• Christiano ronaldo pemain bola atau bintang iklan.
Berdasarkan
kualitas, proposisi juga dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
a)
Positif(afirmatif) adalah proposisi yang membenarkan adanya persesuaian hubungan
antar subjek dan predikat.
Contoh:
• Semua dokter adalah orang pintar.
• Sebagian manusia adalah bersifat sosial.
b)
Negatif adalah proposisi yang menyatakan bahawa antara subjek dan predikat
tidak mempunyai hubungan.
Contoh:
• Semua harimau bukanlah singa.
• Tidak ada seorang lelaki pun yang mengenakan rok.
Berdasarkan
kuantitas., proposisi dapat dibedakan ke dalam 2 jenis, yaitu:
a)
Umum adalah predikat proposisi membenarkan atau mengingkari seluruh subjek.
Contoh:
• Semua gajah bukanlah kera.
• Tidak seekor gajah pun adalah kera.
b)
Khusus adalah predikat proposisi hanya membenarkan atau mengingkari sebagian
subjeknya.
Contoh:
• Sebagian mahasiswa gemar olahraga.
• Tidak semua mahasiswa pandai bernyanyi.
1.3
INFERENSI DAN IMPLIKASI
Metode
inferensi adalah mekanisme berfikir dan pola-pola penalaran yang digunakan
untuk mencapai suatu kesimpulan. Metode ini akan menganalisa masalah tertentu
dan selanjutnya akan mencari jawaban atau kesimpulan yang terbaik.
Penalaran dimulai dengan mencocokan kaidah-kaidah dalam basis pengetahuan
dengan fakta-fakta yang ada.
Contoh metode inferensi :
Pada suatu hari, Anda hendak pergi kuliah dan baru sadar bahwa Anda tidak memakai kacamata. Setelah diingat-ingat, ada beberapa fakta yang Anda yakini benar :
Pada suatu hari, Anda hendak pergi kuliah dan baru sadar bahwa Anda tidak memakai kacamata. Setelah diingat-ingat, ada beberapa fakta yang Anda yakini benar :
Jika kacamataku ada di
meja dapur, aku pasti sudah melihatnya ketika mengambil makanan kecil.
Aku membaca buku
pemrograman di ruang tamu atau aku membacanya di dapur.
Jika aku membaca buku
pemrograman di ruang tamu, maka pastilah kacamat kuletakkan di meja tamu.
Aku tidak melihat
kacamataku ketika aku mengambil makanan kecil.
Jika aku membaca majalah
di ranjang, maka kacamataku kuletakkan di meja samping ranjang.
Jika aku membaca buku
pemrograman di dapur, maka kacamata ada di meja dapur.
Berdasar fakta tentukan di
mana letak kacamata ?
Jawab :
Pernyataan dengan symbol-simbol logika :
p : kacamata ada di meja dapur
q : aku melihat kacamataku ketika mengambil makanan kecil
r : aku membaca buku pemrograman di ruang tamu
s : aku membaca buku pemrograman di dapur
t : kacamata kuletakkan di meja tamu
u : aku membaca majalah di ranjang
v : kacamata kuletakkan di meja samping ranjangFakta dapat ditulis :
Jawab :
Pernyataan dengan symbol-simbol logika :
p : kacamata ada di meja dapur
q : aku melihat kacamataku ketika mengambil makanan kecil
r : aku membaca buku pemrograman di ruang tamu
s : aku membaca buku pemrograman di dapur
t : kacamata kuletakkan di meja tamu
u : aku membaca majalah di ranjang
v : kacamata kuletakkan di meja samping ranjangFakta dapat ditulis :
1.
p → q
2.
r v s
3.
r → t
4.
~q
5.
u → v
6.
s → p
Inferensi yang dapat
dilakukan
1.
p →
q
3. r v s
~p ___~q
r__ ~s
2.
s →
p
4. r → t
~s__~p r___t
Kesimpulan : Kacamata ada di meja tamu
Kesimpulan : Kacamata ada di meja tamu
Implikasi adalah Pernyataan majemuk yang menggunakan kata hubung
“Jika….maka….” disebut Implikasi, pernyataan bersyarat, kondisional
atau hypothesical dengan notasi
p => q
Dibaca :
jika p maka q
q jika p
p adalah syarat cukup untuk q atau
q adalah syarat perlu untuk p
Hukum-hukum Penalaran
Perlu dipahami bahwa “yang
benar” tidak sama dengan “yang logis”. Yang benar adalah suatu proposisi.
Sebuah proposisi itu benar kalau ada kesesuaian antara subjek dan predikat.
Yang logis adalah penalaran. Suatu penalaran dinamakan logis kalau mempunyai
bentuk yang tepat, dan sebab itu penalaran itu dipastikan kebenarannya.
Hubungan kebenaran antara
premis dan konklusi dapat dirumuskan ke dalam hukum-hukum penalaran sebagai
berikut :
Hukum pertama :
apabila benar, konklusi
benar
contoh :
Semua manusia akan mati
Ali adalah manusia
Jadi : Ali akan mati
Disini, premis mayor dan
premis mayor benar.
Hukum kedua :
apabila konklusi salah,
premisnya juga salah
contoh :
Semua manusia akan mati
Malaikat adalah manusia
Jadi : Malaikat akan mati
Disini konklusinya salah,
sebab itu premisnya (kedua-duanya atau salah satunya) juga pasti salah. Premis
mayor benar. Premis mayor benar, sebab malaikat memang bukan manusia. Jadi
konklusi salah karena minornya salah.
Hukum ketiga :
apabila premisnya
salah, konklusinya dapat benar atau salah
contoh :
Malaikat itu benda fisik
Batu itu malaikat
Jadi : batu itu benda
fisik
Disini kedua premisnya
salah, tetapi konklusinya benar. Kalau premisnya salah dan konklusinya salah
lihat di atas.
Hukum keempat :
apabila konklusi benar,
premis dapat benar dapat salah
contoh : konklusi benar
premis salah, lihat contoh di atas. Konklusi benar, premis benar, liaht contoh
pad hukum pertama.
1.4
WUJUD EVIDENSI
Evidensi adalah semua fakta yang ada, semua kesaksian,
semua informasi, atau autoritas, dan sebagainya yang dihubung-hubungkan untuk
membuktikan suatu kebenaran. Dalam argumentasi, seorang penulis boleh
mengandalkan argumentasinya pada pernyataan saja, bila ia menganggap pembaca
sudah mengetahui fakta-faktanya, serta memahami sepenuhnya
kesimpulan-kesimpulan yang diturunkan daripadanya. Evidensi itu berbentuk data
atau informasi, yaitu bahan keterangan yang diperoleh dari suatu sumber
tertentu, biasanya berupa statistik, dan keterangan-keterangan yang dikumpulkan
atau diberikan oleh orang-orang kepada seseorang, semuanya dimasukkan dalam
pengertian data (apa yang diberikan) dan informasi (bahan keterangan).
Wujud Evidensi
Unsur yang paling penting dalam suatu tulisan argumentatif
adalah evidensi. Pada hakikatnya evidensi adalah semua fakta yang ada, semua
kesaksian, semua informasi, atau autoritas, dan sebagainya yang
dihubung-hubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran. Fakta dalam kedudukan
sebagai evidensi tidak boleh dicampur-adukkan dengan apa yang dikenal sebagai
pernyataan atau penegasan. Pernyataan tidak mempunyai pengaruh apa-apa terhadap
sebuah evidensi, ia hanya sekedar menegaskan apakah suatu fakta itu benar atau
tidak. Dalam argumentasi, seorang penulis dapat mengandalkan argumentasinya
pada pernyataan saja, bila ia mengganggap pendengar sudah mengetahui
fakta-faktanya, serta memahami sepenuhnya kesimpulan-kesimpulan yang diturunkan
kepadanya.
Dalam wujudnya yang paling rendah evidensi itu
berbentuk data atau informasi. Yang dimaksud dengan data atau informasi adalah
bahan keterangan yang diperoleh dari suatu sumber tertentu. Biasanya semua
bahan informasi berupa statistic, dan keterangan-keterangan yang dikumpulkan
atau diberikan oleh orang-orang kepada seseorang, semuanya dimasukkan dalam
pengertian data (apa yang diberikan) dan informasi (bahan keterangan).
1.5 Cara
Menguji Data
Agar
data data dan informasi dapat
dipergunakan dalam penalaran data dan informasi itu harus merupaka fakta.
Dibawah ini merupak cara untuk pengujian data.
a. Obervasi
Fakta
yang diajukan sebagai evidensi mungkin belum memuaskan seseorang pengarang atau
penulis. Untuk lebih meyakinkan dirinya sendiri dan sekaligus dapat mengunakan
sebaik – baiknya dalam usaha meyakinkan para pembaca, maka kadang – kadang
pengarang merasa perlu untuk mengadakan peninjauan atau obervasi singkat untuk
mengecek data atau informasi itu.
b. Kesaksian
Keharusan
menguji data dan informasi, tidak harus selalu dilakuan dengan obervasi. Kadang
sangat sulit untuk mengaharuskan seorang mengadakan obervasi atas obyek yang
akan dibicarakan.
c. Autoritas
Cara
ketiga untuk menguji fakta dalam usaha menyusun evidensi adalah meminta
pendapat dari suatu otoritas, yakin dari pendapat seorang ahli, atau mereka yang
menyelidiki fakta dengan cermat, memperhatikan semua kesaksian,menilai semua
fakta kemudian memberikan pendapat mereka sesuai dengan keahlian mereka dalam
bidang itu.
1.6 Cara
Menguji Fakta
Cara
Menguji Fakta sebenarnya didasari oleh penilaian terhadap suatu informasi.
Untuk menguji fakta kita butuh melakukan 2 kali penilaian. Penilaian pertama
untuk menentukan apakah data itu merupakan kenyataan atau yang sungguh terjadi.
Setelah yakin dengan hal itu barulah dilakukan penilaian yang kedua. Penilaian kedua
ini berdasarkan 2 dasar yaitu Konsistensi dan juga Koherensi.
Konsistensi
Konsistensi suatu
informasi bisa jadi tolak ukur yang baik untuk menentukan informasi itu
merupakan fakta atau bukan. Dalam hal ini data atau informasi yang bisa kita
anggap sebagai fakta ialah ketika tiap data yang diberikan saling mendukung.
Dari beberapa data yang kita terima tidak ada yang saling bertentangan dan
saling melemahkan data yang lain. Tentu saja kalau banyak pertentangan akan
membuat kumpulan data tersebut semakin tidak valid. Saya memperoleh materi ini
dari suatu buku yang saya pinjem dan setelah dipelajari saya ingin memberi
contoh dari data yang kurang valid: Saya pergi ke pasar untuk membeli ikan.
Pada hari itu saya sedang sakit parah karena masuk angin. Itulah contoh yang
saya bisa buat. Kalau ada yang keliru mohon dibenarkan(komentar di artikel
ini). Contoh diatas terdiri dari 2 pernyataan "Saya pergi ke pasar untuk
membeli ikan" dan juga "Pada hari itu saya sedang sakit parah karena
masuk angin". Dalam contoh itu dapat langsung kita pahami bahwa informasi
yang kedua melemahkan informasi yang pertama. Ini membuat penerima informasi
menjadi ragu bahwa ini sebuah fakta.
Koherensi
Untuk mengetahui suatu
infromasi ialah suatu fakta kamu perlu menggunakan dasar koherensi. Yang
dimaksud dengan dasar koherensi ialah bagaimana data atau infromasi tersebut
sesuai dengan pengalaman manusia pada umumnya. Kalau informasi yang diterima
sama sekali jarang terjadi atau kejadian yang tidak masuk akal tentu saja
informasi tersebut diragunakan kebenarannya. Contoh yang sangat sederhana
ketika seseorang mengaku bertemu dengan monster atau makhluk luar angkasa akan
sangat sulis sekali untuk dipercaya sebagai suatu fakta. Sebaliknya apabila ada
informasi seperti ini "Terjadi pembunuhan di kebun teh kemarin malam"
informasi ini tentu bisa lebih diterima. Oleh karena itu ada baiknya jika ingin
menyampaikan suatu fakta disertai oleh contoh nyata pengalaman yang dialami
masyarakat umum.
1.7 Cara
menilai Autoritas
Menghidari semua desas-desus atau kesaksian, baik akan
membedakan pula apa yang hanya merupakan pendapat saja atau pendapat yang
sungguh-sungguh didasarkan atas penelitian atau data eksperimental. Ada
beberapa cara sebagai berikut :
1. Tidak mengandung prasangka
pendapat disusun
berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli atau didasarkan pada
hasil eksperimen yang dilakukannya.
2. Pengalaman dan pendidikan autoritas
Dasar kedua menyangkut
pengalaman dan pendidikan autoritas. Pendidikan yang diperoleh menjadi jaminan
awal. Pendidikan yang diperoleh harus dikembangkan lebih lanjut dalam kegiatan
sebagai seorang ahli. Pengalaman yang diperoleh autoritas, penelitian yang
dilakukan, presentasi hasil penelitian dan pendapatnya akan memperkuat kedudukannya.
3. Kemashuran dan prestise
Ketiga yang harus
diperhatikan adalah meneliti apakah pernyataan atau pendapat yang akan dikutip
sebagai autoritas hanya sekedar bersembunyi dibalik kemashuran dan prestise
pribadi di bidang lain.
4. Koherensi dengan kemajuan
Hal keempat adalah apakah
pendapat yang diberikan autoritas sejalan dengan perkembangan dan kemajuan
zaman atau koheren dengan pendapat sikap terakhir dalam bidang itu.
1.8 SOAL
1.
cara apa saja
yang dapat dilakukan untuk menguji data ?
A. Observasi
B. Kesaksian
C. Otoritas
D. A,b,c benar
Jawaban
: D. A,b, c benar
2.
Dibawah ini yang
termasuk kriteria proporsisi, kecuali ?
A. observasi
B. Kualitas
C. Sifat
D. kuantitas
Jawaban
: A. observasi
3.
berdasarkan sifat
proporsisi dapat dibagi dua jenis, yaitu ??
A. observasi dan sifat
B. tunggal dan majemuk
C. kategorial dan kondisonal
D. kondisional dan majemuk
jawaban
: C. kategorial dan kondisional
4.
dibawah ini mana
cara untuk menguji fakta ?
A. konsistensi dan koherensi
B. konsistensi dan observasi
C. observasi dan koherensi
D. koherensi dan kesaksian
jawaban
: A. konsistensi dan kohernsi
5.
dibawah ini yang
termasuk kriteria proporsisi adalah ?
A. kualitas
B. a, c dan d benar
C. sifat
D. kuantitas
jawaban
: B. a,c dan d benar
SUMBER
MAKALAH :
http://yesa0409.blogspot.com/2013/03/cara-menguji-fakta.html
http://iinnapisa.blogspot.com/2011/10/cara-menguji-data-fakta-dan-autoritas.html
http://iqbalzone27.blogspot.com/2014/03/proporsisi-inferensi-dan-implikasi.html
http://demilanisa.blogspot.com/2012/03/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar